Minggu, 04 Oktober 2015

REVI'L Cerbung "Muara Hati part 1" oleh Dwi Fatmawati.

MUARA HARI part 1


Aku mendenngar suamiku bersenandung di kamar mandi. Sempat aku memarahinya, naun ia haya berhenti saat aku mengomel, lepas itu ia kembali bersenandung di sana. Hari ini hari libur, aku dan suamiku yang baru saja merasakan kehidupan pernikahan tak memiliki rencana berlibur. Hari ini kami memutuskan untuk merapikan rumah baru kami bersama-sama.
“Vi …. ambilkan kaosku … “ Teriak Reza suamiku dari kamar mandi.
Aku yang mendengar teriakan itu lantas pergi mengambil kaos Reza yang tertinggal diatas kasur. Sebelumnya aku sudah menyiapkan semuanya tapi dasar dia pelupa kaospun ia tinggal diatas kasur.
“Ini …” kataku sambil memberikan kaos itu kepada Reza yang telanjang dada.
“Makasih sayang ….” Ucap Reza sambil tersenyum. Aku yang kesal berlalu begitu saja tanpa membalas senyumannya.
Aku membersihkan rumah dari bagian atas terlebih dahulu. Rumah ini memang tak terlalu besar, namun memiliki duua lantai. Empat kamar, dua di atas dan dua di bawah. Kamar diatas kami pake sebagai kamar tidur kami dan yang satunya lagi kami gunakan sebagai ruang kerja Reza. Dan dua kamar lagi di bawah kami gunakan sebagi kamar tamu.
“Yang ….” Teriak Reza lagi yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia yang tak menemukanku di kamar langsung saja berteriak kencang.
“Apa …” Balasku dari kamar sebelah.
“Heee kamu disini ..” Reza cengengesan
“Kamu dikamar mandi habis ngapain aja si ?” Tanyaku kesal karena dia terlalu betah di kamar mandi.
“Mandi lha … “ Jawabnya
“Mandi apa tidur, kamu tahu berapa lama kamu di dalam sana ..?” Jelasku
“Satu jam …” jawabnya polos
“Baguslah kalau kamu sadar. Udah nggak usah pake lama lagi bantuin gih …” Kesalku sambil memberikannyanya sapu dan lap.
Aku sebetulnya ingin ketawa, tapi aku tahan semampuku. Dasarnya dia nggak pernah pegang sapu, sekalinya aku kasih ekspresi dia langsung berubah total. Dia terlihat sangat bingung. Akupun membiarkannya, membersihkan sesuka hatinya. Sesekali dia menggerutu kesal, aku tetap tak memperdulikan itu.
“Mangkanya jangan pulpen terus yang di pacari, sesekali sapu, kemoceng. Pacarilah mereka.” Ledekku
“Yang, kamu ya yang sapu … aku deh yang beresin buku-buku itu.” Reza merajuk
“Dasar …. Sini .. sini …” aku mengambil sapu dan lap yang ada di tangannya.
Dua jam sudah kami berkutat di ruang kerja Reza. Ternyata barang-barangnya begitu banyak. Saking asiknya kamipun lupa untuk sarapan. Reza sudah memberikan kode kalau dia lapar, aku yang menyadarinya langsung saja pergi kedapur untuk menyiapkan sarapan. Aku melihat isi lemari pendingin, ternyata disana belum ada sayuran. Hanya ada susu dan beberapa buah-buhan pemberian Ibu mertuaku semalam saat mengantar kami pindahan. Aku melihat isi meja ada beberapa lembar roti gandum di sana. Akupun membuatkan Reza segelas susu dan mengambil beberapa lembar roti gandum tak lupa dengan selai coklat kesukaannya.
“Sarapan dulu Za,” Ucapku sesampainya kembali di ruang kerja Reza
“Istriku memang tahu kalau suaminya sedang lapar.” Godanya sembari meletakkan beberapa buu di rak
“Sudahlah, makan saja tak usah banyak bergurau.”
Mungkin aku terlihat cuek dan tak romantic, itu memang benar. Bahkan jauh sebelum kami menikah aku selalu bersikap cuek kepadanya. Sampai-sampai dia protes dan mennanyakan apakah aku mencintainya atau tidak, bahkan saat aku menerima lamarannya. Diapun merasa sedikit tidak percaya.
…………
Sehari sebelum pernikahan …
Aku dan Reza yang memang sedang dipingit tak kuasa menahan rindu. Aku yang terkenal cuek sebelumnya entah mengapa hari itu merasa sangat merindukannya. Dua hari sudah aku dan dia tak berjumpa, hanya berjumpa bias suara saja. Sebenarnya itupun tak boleh, namun aku dan Reza melanggarnya.
“Cia yang kangen …” Ledek Reza dari seberang sana
“Nggak …. Ngapain kangenin kamu ..” Ucapku berbohong
“Kalau nggak kangen ngapain telfon aku …” Skak mat sudah, aku lupa kalau ternyata aku yang terlebih dahulu menelponya.
“Kepencet … eh tahu-tahunya num kamu …” Alasanku, membuat Reza tertawa girang dan akhirnya akupun ikut tertawa bersamanya.
“Udah makan … ?” Tanya Reza
“Belum, aku nggak sempet makan. Dirumah persiapannya ribet banget.” Keluhku
“Alah … paling diet biar terlihat kurus besok ..” Ledeknya lagi
“Enggak ya, beneran deh. Kamu kesini aja kalau nggak percaya.”
Aku ngobrol banyak pagi itu dengan Reza. Bercerita tentang perasaan yang sedang kami alami saat ini untuk hari esok yang sebentar lagi akan tiba. Rasa yang tak tahu bagaimana berkecamuk sudah di hati kami. Bahkan aku sempat menitihkan air mata sat mengucapkan terimakasih padanya karena telah memilihku untu menjadi pasangan hidupnya.
“Vi … Vi …” Teriak Mamaku dari luar sana di tengah-tengah percakapnku dan Reza.
“Za, mama manggil aku. Udahan dulu ya, sampai nanti malam.” Ucpku
“Iya .. aku juga mendengarnya. Sampai jumpa nanti malam juga.”
Aku berlari menuju pintu kamarku. Melempar telepon genggamku kea rah kasur dan mendarat dengan mulus disana. Aku membuka pintu kamar, Mama sudah berdiri disana.
“Kenapa Mama … “ Tanyaku
“Ada De Ega tuh, barusan dating sama Tante Mia dan keluarganya.”
“Hai Kak Evi … “ Sapaan histeris dari Ega
Ega adalah sepupuku, dia anak bungsu Tante Mia adik dari Ayahku.. Kami yang lama tak berjumpa langsung saja berpelukan melepaskan rasa rindu yang sudah lama tertahan. Kurag lebih hamper enam bulan sudah kamu tak salung berjumpa. Maklum rumah kami jauh, kami tak tinggal di satu daerah yang sama. Butuh satu hari satu malam untuk sampai ke rumah kami, jika kami ingin saling mengunjungi.
“De, kamu udah besar ya sekarang ?” Tanyaku yang sangat-sangat kaget dengan perubahan adikku yang satu ini. Dia telah tumbuh dengan dewasa, sikap kekanak-kanakannyapun sudah berkurang. Tidak seperti setengah tahun yang lalu, saat aku masih tinggal dirumahnya untuk menyelesaikan kuliahku.
“Gimana Irwan, kalian masih pacaran ?” Tanyaku lagi
“Ih .. kakak. Udah aku bilang aku dan Irwan itu tak ada apa-apa. “ jelasnya mengelak.
“Kak aku kemarin di telfon sama Kak Irwan. Katanya kemarin habis pergi sama Kak Ejja bareng sama sekertaris Kak Ejja.”
“Masa si De ?. Kemarin aja dia nggak kema-mana …” Aku bingung
“Masa aku bohong, aku denger sendiri kok memang bener ada suara kak eja.”
“kok dia nggak cerita sama aku ya ..”
Aku yang memang sedikit sebal dengan sekertaris Reza yang sedikit ganjen itu langsung saja terbawa emosi mendengar cerita dari De Ega. Ditambah lagi Reza kemarin bilang kalau dia di rumah saja, tapi De Ega bilang kemarin dia sama Irwan habis jalan, ditambah dengan sekertarisnya membuat aku tak kuasa menahan rasa penasaranku. Akupun mengambil hape dan kembali menghubungi Reza, namun tak ada jawaban darinya.
Aku berjalan menjauh dari De Ega, keluar menuju halaman belakang rumah yang sep dengan hiruk pikuk orang yang sedang menyiapkan pernikahanku. Aku duduk dibangku taman kecil yang sengaja Mamaku buat untuk menghirup udara segar dan bersantai. Aku kembali menghubungi Reza, kali ini aku beruntung karena dia mengangkat telpon dariku.
“Asaalmualaikum, kenapa sayang …” Salam dan Tanya Reza
“Waalaikum salam. Kemarin kamu dari mana ?” Tanyaku tanpa basa-basi
“Lha bukannya aku sudah bilang, aku nggak kemana-mana. Tanya aja sama Mama dan kak Yayat.”
“Yakin … “
“Iya, memangnya kenapa si ..” Ucap Reza tenang.
“Kata Dede kamarin kamu habis keluar sama irwan dan sekertaris ganjen itu.” Jelas ku membuat Reza tersendak
“Kamu bohongkan sama aku …” Aku mulai marah
“Iya maaf sayang … Ia aku keuar sama ……” Ucap Rezapun terputus karena aku memutus teleponku.
Jujur hari itu aku sangat kesal dengan Reza. Kenapa dia sampai berbohong kepadaku soal ini. Aku mungkin saja kesal jika tahu dia pergi keluar apalagi didampingin sama sekertarisnya itu yang diam-diam juga menyukainya. Tapi kesalku tak mungkin sampai memmuncak. Reza beberapa kali menelponku namun aku tak menghiraukannya.
Hingga malam yang yang kita berdua tunggupun datang. Mala mini sesuai dengan adat jawa keluarga Reza akan kerumahku menyerahkan beberapa seserahan. Dan Keluarga Reza akan menyerahkan Reza kepada keluarku. Artinya mala mini ada acara terima besan, dan mantu laki-laki dengan beberapa kerabat akan tidur menginap di tempat calon mempelai wanita. Agar besok calon mempelai pria tidak terlambat di acara akad nikah. Maklum rumah Reza dan Ruahku cukup jauh. Dua setengah jam perjalanan yang harus di tempuh.
“vi sudah siap … “ Ucap Mamaku kepadaku yang masih duduk di depan meja rias. Sanggul semi modernpun menempel di kepalau. Cukup berat namun aku harus bisa menahannya.
“Kak Evi cantik dandan seperti ini.” Lanjut Ega
“Iya Ma. Sudah …”
“Sebentar lagi kamu haru keluar, keluarga Reza sudah ada di depan. Nanti mama kembali kesini menjemput kamu.”
Mamakupun kembali keluar menemui Reza dan rombongan yang sudah tiba. Entah apa yang dibicarakan diluar. Yang aku tahu hanya sesekali ada tawa disana. Aku yang tadi masih duduk di depan kaca kini sudah beralih duduk di atas kasur kamarku. Menghadap kearah pintu kamar di temani perias dan de ega.
“Kak, jangan kesel gitu mukanya. Nanti cantiknya hilang lho.” Bujuk ega yang melihat aku masih kesal dengan kejadian tadi siang.
“Gimana nggak kesel de, entahlah nanti disana.”
Tak selang berapa lama Mamaku menjemputku. Aku menghela nafas panjang dan berjalan pelan dengan kedua tanganku diapit oleh Mama disebelah kanan dan Dede di sebelah kiri. Kamarku dan ruang tamu tak begitu jau. Selang lima sampai tujuh meter aku bisa melihat dua kelurga tumpah di ruang tamu rumahku. Ada rasa gerogi di dalam diri. Dengan sedikit berbisik ega berucap agar aku tetap tenang dan kembali mengambil nafas.


BERSAMBUNG.


#sumber : facebook_Group_REVI REZA EVI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar