MUARA HATI part 2
Aku melihat dua keluarga bertumpah dengan muka yang berseri-seri mala
mini. Subhanallah hamper semua keluarga kami datang untuk menyaksikan
malam widodareni. Aku yang masih sedikit kesal mulai luluh dan terharu
dengan suasana sacral. Aku duduk berhadap hadapan dengan Reza. Entah
kenapa mala mini rasanya Reza begitu ganteng di pandang mata. Wajahnya
berseri-seri sekali tak seperti biasa. Dengan menggunakan kemeja putih
tulang berbalut jas hitam, sungguh begitu menawan pangeranku malamini.
Acara demi acarapun kami berdua ikuti, tiba saatnya seserahan dari
keluarga besar Reza di berikan kepadaku. Sebagai symbol Mama Reza akan
memberikan kepadaku sebuah kalung sederhana yang aku dan Reza pesan
beberapa minggu lalu. Dan gelang turun temurun dari keluarga besar Reza
untuk para menantu. Sungguh malam itu aku merasa sangat bahagia meskipun
rasa kesal masih berkecamuk di dada. Sesekali Reza mengekspresikan
ekspresi permintaan maafnya, namun aku tak bisa membalasnya.
Tiga
jam sudah prosesi itu berlalu, akhirnya aku dan semua bisa beristirahat.
Sebagian keluarga Rezapun menginap di tempatku. Kami sudah menyiapkan
segalanya dan alhamdullillah keluaga Reza sangat menerima tempat
sederhana yang kami siapkan. Setelah berganti busana dan membersihkan
riasan wajah yang cukup tebal aku mencuri waktu untuk bisa berbincang
dengan Reza dan keluarganya. Untung saja keluarga mengizinkan kami untuk
berjumpa meski hanya sekilas waktu.
“Vi, kita keluar sebentar yuk ..” Ajak Reza di tengah obrolan malam kita bersama keluarga besar
Akupun mengikuti langkahnya menuju taman belakang. Aku sama sekali tak
menjejeri langkahnya, aku berjalan kecil memberikan jarak di
belakangnya. Reza sangat faham jika aku masih marah kepadanya.
Sesampainya di taman belakang, Reza mengambil tanganku dan menyuruhku
duduk di sampngnya. Dengan jarak tak kurang dari lima puluh senti akupun
duduk disampingnya.
“Maafkan aku Vi, aku tak ada maksud untuk membohongimu kemarin.” Ucap Reza menyesal
“Sudahlah, aku ingin melupakan hal itu. Meskipun sejujurnya aku sangat kecewa dengan kebohongan ini.” Jelasku
“Besok adalah hari pernikahan kita vi .. Aku ingin tak ada ganjalan di
hati kamu. Sehingga kita bisa melaksanakannya dengan hati yang tentram.”
“Mauku seperti itu, tapi kamu sudah menghancurkannya. Katakana pa yang ingin kamu katakana Za. Sebelum akad di mulai besok.”
“Sudah hanya itu saja, aku yakin tak ada kebohongan lagi.”
“Baguslah … ya sudah lebih baik kita istirahat. Tak baik juga kita
bertemu terlalu lama. Waktu yang mereka berikan ke kita hanya sedikit
saja.”
Pagipun menjelang, tepat pukul tiga pagi aku bangun dan
membersihkan diri. Aku kembali duduk di depan meja rias pengantinku.
Kamarkupun sudah indah indah dengan paduan warna ungu dan putih warna
kesuakaanku. Mula-mula perias membersihkan wajahku menggunakan milccaser
pembersih wajah setelah itu entah apa saja yang ia tempelkan, yang
jelas wajahku sudah terlihat berbeda dari asalnya. Makeup tebal kembali
menjadi topeng di wajahku. Sanggul beratpun terpasang rapi lengkap
dengan hiasan-hiasan kepala yang membuatku rasanya ingin selalu menunduk
karena keberatan.
Setengah jam lagi akan akan di mulai. Aku mulai
was-was di kamar. Segala macam pikiran kembali membayangiku. Aku takut
hari ini tak berjalan sesuai dengan rencana kami. Jam Sembilan tepat itu
berti akad akan dimulai. Aku tak keluar dari kamar, aku kembali
dipingit. Batinku pingitan itupun tak membuat aku dan reza berkesan.
Karena semalam saja kami sudah berjumpa meski hanya sekilas waktu. Aku
sedikit heran memang, tapi pingitan itupun terpaksa gagal karena aku
yang memaksa agar bisa menyelesaikan asalahku dengan Reza.
Terdengar
sudah suara dari sepiker yang terpasang di kamar ku. Aku mendengar
Ayahku sedang menikahkan anaknya. Itu berarti aku akan segera di lepas
oleh keluargaku, aku akan menjadi tanggung jawab Reza seutuhnya.
“Qobiltu nikaahahaa wa tazwiijahaa bil mahril madz-kuur haalan” Jawab Reza lancer dengan sekali helaan nafas …
Tak terbayangkan bagaimana hari itu bahagianya kami, seolah-olah
segalanya pertengkaran yang tercipta semalam tak berarti apa-apa setelah
ijab di ikrarkan .
…………………… Back to story ………………..
Akhirnya
beres-berespun selesai. Hari ini hari yang cukup melelahkan bagi kami
berdua. Aku meluruskan punggunggu dengan bersandar di tembok sebelah
pintu dapur. Meregangkan tangan menghilangkan secuil rasa lelah
sisa-sisa beres-beres isi rumah.
“Tinggal taman ..” Gumamku
“Sudahlah kita sudahi saja. Kita lanjutkan besok beres-beresnya.” Ucap Reza yang juga sedikit lelah.
Mala mini tak ada bahan makanan yang bisa kami masak, alhasil kamipun
memutuskan utuk makan diluar. Ala-ala diner romantic di salah satu
lestoran vaforit kita. Alunan music romantic mengalun disana. Tambahan
lilin di meja kami menambah romantisme makan malam kami hari ini. Rasa
lelah kami seharian seolah terbayar sudah.
“Ternyata lebih romantic makan malam saat kita bersetatus jadi suami istri dari pada saat pacaran.” Cletuk Reza
“Biasa aja …” Jawabku, sesungguhnya si iya.
“Kamu mah selalu seperti itu ..” Reza cemberut sementara aku tersenyum kecil
Jujur mala mini begitu indah. Langit malam yang cerah bertabur bintang
yang tak terhitung banyaknya membuat suasana mala mini menjadi tambah
romantic. Sesekali aku melihat ke aarah luar untuk menikmati indahnya
malam. Sampai Rezapun heran ekspresi kesenanganku mala mini.
“Malam Pak ….” Sapa seseorang di tengah makan kami
Sontak aku dan Reza menoleh kearah suara itu. Ternyata tak jauh dari
meja kami udah berdiri seorang wanita muda cantik bergaunkan malam yang
indah. Ya siapalagi kalau bukan sekertaris yang tak aku suka itu.
“Sepertinya orang ini mengikuti kita kemanapun kita pergi.” Gumamku dalam hati
“Malam Nis. Kamu ada disini ?” Tanya Reza basa-basi membuatku semakn geram
“Iya Pak, wah tak menyangka saya bisa bertmu dangan Bapak disini …”
Reza dan sekertarisnya itu ngobrol lumayan lama tanpa memperdulikan diriku yang sedari tadi mengkode kekesalan.
“Wanita ini ngorol selama ini nggak capek apa berdiri dengan hak yang cukup tinggi.” Aku membatin
“Hello aku ada disini kali …” Batinku lagi.
Aku yang capek dengan ocehan mereka akhirnya berlalu menuju toilet tanpa berpamitan.
………. Mobil …………
“Cie … ada yang marah …” Reza membuka pembicaraan
“Nggak …” Bohongku lagi
“Udah nggak usah bohong, ketahuan lagi …”
“Iya aku kesel sama kalian. Kalian pikir tadi disana hanya ada kalian
berdua aja apa. Aku tuh ada di sana di depan kamu sebagai istri kamu ..”
Jelasku marah-marah.
“Ya udah si nggak usah marah-marah gitu. Maaf ya …”
“Maaf-maaf terus …”
“Iya aku minta maaf, aku tahu kamu kesel. Udah donk nanti cepet tua lho ….” Ledek Reza
Aku memfokuskan pandanganku kea rah luar kaca sebelah kiriku. Aku
membelakangi pandangannku dari Reza. Masih ada rasa kesal disana. Dia
sudah tahu aku tak suka dengan sekertarisnya itu tapi masih saja
mempekerjakannya dengan alasan kecekatannya dalam bekerja. Mungkin
permintaanku sedikit aneh hanya karena cemburu aku ingin Reza
memecatnya. Tapi ya sudah aku mengalah aku tak boleh egois apalagi ini
menyangkut perusahaan.
“Gimana kalu kita mampir sebentar ke supermarket. Kita belanja isi-isi rumah.” Ucap Reza
“Tak usah. Besok saja aku bisa benja sendiri. Mampirlah ke mini market
untuk membeli bebrapa makanan instan untuk sarapan besok. “ Jawabku
tanpa memandang kearahnya
“Baiklah tuan putri …” Balas Reza
Akhirnya kita berdua mampir ke sebuah mini market membeli beberapa
makanan instan untuk sarapan pagi besok. Aku dan reza turun dari mobil
berjalan beriringan ke dalam mini market.
“selamat malam, selamat datang. Selamat berbelanja …” Sapaan ramah yang khas dari petugas kasir
Kami berdua membalasnya dengan tersenyum. Aku mengambil tas sebagai wadah belajaan. Aku menuju rak roti memilih-milih disana.
“Roti lagi ?” Tanya Reza protes
“Lalu kamu mau makan apa ?” Tanyaku kembali hangat
“apamau mi intan seperi saat kita kost dulu ?” Aku kembali ingat masa
alu dimasa sulit kami mencari ilmu. Mie instan adalah makanan andalan
anak-anak kost.
“Lucu ….” Balas Reza.
“Kita bikin pata aja …” Lanjutnya lagi
“Baiklah … tapi aku juga mau member beberapa bungkus roti sebagai persediaan.”
Tak terasa satu jam sudah kami ada di dalam mini market itu. Aku dan
rezapun menuju kasir untuk membayar belanjaan. Tak terasa ternyata kita
memang benar-benar belanja mala mini karena tumpukan beberapa barang
yang tak terfikirkan untuk kami beli akhirnya kami beli juga.
“Mba sudah …” Kata salah seorang yang akan membayar di kasir sebelahku.
Suaranya sangat aku kenal. Aku yakin itu suara Kak Bayu mantan
kekasihku dulu waktu SMA. Meskipun kami lama berpisah namun suara iitu
ta bsa aku lupakan sedikitpun. Ingin aku menoleh ke kanan, namun aku
taak enak hati dengan Reza jika itu memang benar Kak Bayu.
“Berapa
Mba ..?” Tanyaku sambil mengelurkan dompet hitam hadiah dari Reza di
zaman kuliah dulu yang masih sangat awet dan belum luuh termakan waktu.
“Tiga ratus ribu Bu …” Kasir itu menjawabnya
Aku mengeluarkan uang dari dompte. Memberikan uang pas kepada petugas
kasir, sementara Reza mengambil beanjannya. Aku dan Reza segera beranjak
dari kasir itu, namun secara tak sengaja aku menyengggol badan seorang
pria yang aku prediksi sebagai Kak Bayu. Membuatku harus berhenti dan
minta maaf.
“Maaf .. Maaf …” Ucapku menyesal
Aku terpaku
memandang laki-laki itu. Dia sangat berbeda, itu penilaianku. Ada
lingkaran hitam di bawah kantung matanya, badannya kurus tak seisi dulu.
Rambutnya juga sedikit acak-acakan tak tersisir dengan rapi. Sungguh
sangat berbeda dengan Kak Bayu yang dulu.
Kak Bayupun terpaku,
memandang kearahku dengan seksama. Matanya seperti mencari-cari. Mungkin
ada yang sedikit berbeda dariku. Namun aku juga tak tahu itu. Sementara
di sampingku ada suamiku yang juga ikut terkejut dengan pertemuan ini.
“Evi … benarkah kamu Evi … ?” Ucap Bayu
“Kak Bayu …” Sapaku lirih
“Maaf kak aku tak sengaja…” Ucapku lagi
“Oh .. iya taka pa-apa. Reza …” Bayu menjawab dan menyapa Kak Reza
“Hay Bay …” Sapa Reza balik
“Maaf kak, kami duluan ya … sudah malam.” Pamitku menghentikan percakapan yang mungkin akan menjadi panjang.
“O iya .. iya … Nggak aapa-apa. Silahkan, oiya selamat untuk pernikahan kalian ya …”
“Makasih Bay, akmi duluan ya …” Jawab Reza … Berjalan mendahuluiku.
…………………Rumah ……..
Aku berrjalan ke dalam rumah, sepertinya saat ini gentian Reza yang
marah kepadaku. Sedari tadi di mobil tak ada sepetah katapun dari
mulutnya yang keluar. Sepanjang jalan menuju rumah kita saling membisu
bertanya-tanya di dalam hati.
“Seneng ketemu mantan …. “ Ucap Reza sambil mengambil air dingin di dapur sementara aku membereskan belanjaan.
“Jelas, apalagi sudah lama tak berjumpa …” Balasku sengaja memansi keadaan
“Bagus … kenapa tadi nggak ngobrol lama aja …” Lanjutnya sambil berjalan menuju meja makan yang tak jauh dari dapur.
“Maunya, tapi aku masih menghormati kamu sebagai suamku.” Jawabku tegas
“Masa …” jawab Reza mulai merubah moodnya
“iya lha, aku tuh nggak kaya kamu yang justru sengaja lama-lama ngobrol
sama sekertaris sok soan ngobrol masalah kantor, sebenarnya hanya
modus.” Lanjutku lagi yang masih sibuk dengan beberapa benjaan.
“Hemmmm iya iya … aku lagi “
Ya memang, dia dulu yang membuat kesal. Masa aku nggak boleh kesal
dengan sekertarisnya sementara dia kesal denganku bahkan diemin aku
gara-gara tak sengaja ketemu sama kak Bayu.
Sekilas tentang Bayu.
Dia adalah Kakak tingkatku. Kami kenal sejak SMA, kami jadian saat kami
duduk dibangku kelas dua dan kami putus saat aku duduk di bangku kuliah
semeater dua. Bayu dan Reza teman akrab karea mereka satu kampus. Akupun
tahu saat aku mulai masuk kuliah di semester pertama. Bayu yang
mengenalkan kita, sebetulnya sebelum itu aku juga kenal sosok Reza.
Karena dia adalah salah satu mentor pengenalan kampus saat ospek.
Entah bagaimana ceritanya aku tak tahu Reza kini sangat membenci Bayu.
Reza tak pernah menceritakannya. Meskipun aku mengenal Reza saat menjadi
kekasih Bayu, namun kita tak sempat dekat-dekat banget. AKu justru
akrab dengan dia saat kita berdua satu kegiatan kampus. Saat itu aku
sudah putus dari Reza dan hubungan Reza sudah renggang dengan Bayu.
Sedikit rumit memang. Tapi inilah kenyataannya.
#sumber : facebook_Group_REVI REZA EVI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar