Minggu, 04 Oktober 2015

REVI'L Cerbung "Muara Hati part 2" oleh Dwi Fatmawati

MUARA HATI part 2




Aku melihat dua keluarga bertumpah dengan muka yang berseri-seri mala mini. Subhanallah hamper semua keluarga kami datang untuk menyaksikan malam widodareni. Aku yang masih sedikit kesal mulai luluh dan terharu dengan suasana sacral. Aku duduk berhadap hadapan dengan Reza. Entah kenapa mala mini rasanya Reza begitu ganteng di pandang mata. Wajahnya berseri-seri sekali tak seperti biasa. Dengan menggunakan kemeja putih tulang berbalut jas hitam, sungguh begitu menawan pangeranku malamini.
Acara demi acarapun kami berdua ikuti, tiba saatnya seserahan dari keluarga besar Reza di berikan kepadaku. Sebagai symbol Mama Reza akan memberikan kepadaku sebuah kalung sederhana yang aku dan Reza pesan beberapa minggu lalu. Dan gelang turun temurun dari keluarga besar Reza untuk para menantu. Sungguh malam itu aku merasa sangat bahagia meskipun rasa kesal masih berkecamuk di dada. Sesekali Reza mengekspresikan ekspresi permintaan maafnya, namun aku tak bisa membalasnya.
Tiga jam sudah prosesi itu berlalu, akhirnya aku dan semua bisa beristirahat. Sebagian keluarga Rezapun menginap di tempatku. Kami sudah menyiapkan segalanya dan alhamdullillah keluaga Reza sangat menerima tempat sederhana yang kami siapkan. Setelah berganti busana dan membersihkan riasan wajah yang cukup tebal aku mencuri waktu untuk bisa berbincang dengan Reza dan keluarganya. Untung saja keluarga mengizinkan kami untuk berjumpa meski hanya sekilas waktu.
“Vi, kita keluar sebentar yuk ..” Ajak Reza di tengah obrolan malam kita bersama keluarga besar
Akupun mengikuti langkahnya menuju taman belakang. Aku sama sekali tak menjejeri langkahnya, aku berjalan kecil memberikan jarak di belakangnya. Reza sangat faham jika aku masih marah kepadanya. Sesampainya di taman belakang, Reza mengambil tanganku dan menyuruhku duduk di sampngnya. Dengan jarak tak kurang dari lima puluh senti akupun duduk disampingnya.
“Maafkan aku Vi, aku tak ada maksud untuk membohongimu kemarin.” Ucap Reza menyesal
“Sudahlah, aku ingin melupakan hal itu. Meskipun sejujurnya aku sangat kecewa dengan kebohongan ini.” Jelasku
“Besok adalah hari pernikahan kita vi .. Aku ingin tak ada ganjalan di hati kamu. Sehingga kita bisa melaksanakannya dengan hati yang tentram.”
“Mauku seperti itu, tapi kamu sudah menghancurkannya. Katakana pa yang ingin kamu katakana Za. Sebelum akad di mulai besok.”
“Sudah hanya itu saja, aku yakin tak ada kebohongan lagi.”
“Baguslah … ya sudah lebih baik kita istirahat. Tak baik juga kita bertemu terlalu lama. Waktu yang mereka berikan ke kita hanya sedikit saja.”
Pagipun menjelang, tepat pukul tiga pagi aku bangun dan membersihkan diri. Aku kembali duduk di depan meja rias pengantinku. Kamarkupun sudah indah indah dengan paduan warna ungu dan putih warna kesuakaanku. Mula-mula perias membersihkan wajahku menggunakan milccaser pembersih wajah setelah itu entah apa saja yang ia tempelkan, yang jelas wajahku sudah terlihat berbeda dari asalnya. Makeup tebal kembali menjadi topeng di wajahku. Sanggul beratpun terpasang rapi lengkap dengan hiasan-hiasan kepala yang membuatku rasanya ingin selalu menunduk karena keberatan.
Setengah jam lagi akan akan di mulai. Aku mulai was-was di kamar. Segala macam pikiran kembali membayangiku. Aku takut hari ini tak berjalan sesuai dengan rencana kami. Jam Sembilan tepat itu berti akad akan dimulai. Aku tak keluar dari kamar, aku kembali dipingit. Batinku pingitan itupun tak membuat aku dan reza berkesan. Karena semalam saja kami sudah berjumpa meski hanya sekilas waktu. Aku sedikit heran memang, tapi pingitan itupun terpaksa gagal karena aku yang memaksa agar bisa menyelesaikan asalahku dengan Reza.
Terdengar sudah suara dari sepiker yang terpasang di kamar ku. Aku mendengar Ayahku sedang menikahkan anaknya. Itu berarti aku akan segera di lepas oleh keluargaku, aku akan menjadi tanggung jawab Reza seutuhnya.
“Qobiltu nikaahahaa wa tazwiijahaa bil mahril madz-kuur haalan” Jawab Reza lancer dengan sekali helaan nafas …
Tak terbayangkan bagaimana hari itu bahagianya kami, seolah-olah segalanya pertengkaran yang tercipta semalam tak berarti apa-apa setelah ijab di ikrarkan .
…………………… Back to story ………………..
Akhirnya beres-berespun selesai. Hari ini hari yang cukup melelahkan bagi kami berdua. Aku meluruskan punggunggu dengan bersandar di tembok sebelah pintu dapur. Meregangkan tangan menghilangkan secuil rasa lelah sisa-sisa beres-beres isi rumah.
“Tinggal taman ..” Gumamku
“Sudahlah kita sudahi saja. Kita lanjutkan besok beres-beresnya.” Ucap Reza yang juga sedikit lelah.
Mala mini tak ada bahan makanan yang bisa kami masak, alhasil kamipun memutuskan utuk makan diluar. Ala-ala diner romantic di salah satu lestoran vaforit kita. Alunan music romantic mengalun disana. Tambahan lilin di meja kami menambah romantisme makan malam kami hari ini. Rasa lelah kami seharian seolah terbayar sudah.
“Ternyata lebih romantic makan malam saat kita bersetatus jadi suami istri dari pada saat pacaran.” Cletuk Reza
“Biasa aja …” Jawabku, sesungguhnya si iya.
“Kamu mah selalu seperti itu ..” Reza cemberut sementara aku tersenyum kecil
Jujur mala mini begitu indah. Langit malam yang cerah bertabur bintang yang tak terhitung banyaknya membuat suasana mala mini menjadi tambah romantic. Sesekali aku melihat ke aarah luar untuk menikmati indahnya malam. Sampai Rezapun heran ekspresi kesenanganku mala mini.
“Malam Pak ….” Sapa seseorang di tengah makan kami
Sontak aku dan Reza menoleh kearah suara itu. Ternyata tak jauh dari meja kami udah berdiri seorang wanita muda cantik bergaunkan malam yang indah. Ya siapalagi kalau bukan sekertaris yang tak aku suka itu.
“Sepertinya orang ini mengikuti kita kemanapun kita pergi.” Gumamku dalam hati
“Malam Nis. Kamu ada disini ?” Tanya Reza basa-basi membuatku semakn geram
“Iya Pak, wah tak menyangka saya bisa bertmu dangan Bapak disini …”
Reza dan sekertarisnya itu ngobrol lumayan lama tanpa memperdulikan diriku yang sedari tadi mengkode kekesalan.
“Wanita ini ngorol selama ini nggak capek apa berdiri dengan hak yang cukup tinggi.” Aku membatin
“Hello aku ada disini kali …” Batinku lagi.
Aku yang capek dengan ocehan mereka akhirnya berlalu menuju toilet tanpa berpamitan.
………. Mobil …………
“Cie … ada yang marah …” Reza membuka pembicaraan
“Nggak …” Bohongku lagi
“Udah nggak usah bohong, ketahuan lagi …”
“Iya aku kesel sama kalian. Kalian pikir tadi disana hanya ada kalian berdua aja apa. Aku tuh ada di sana di depan kamu sebagai istri kamu ..” Jelasku marah-marah.
“Ya udah si nggak usah marah-marah gitu. Maaf ya …”
“Maaf-maaf terus …”
“Iya aku minta maaf, aku tahu kamu kesel. Udah donk nanti cepet tua lho ….” Ledek Reza
Aku memfokuskan pandanganku kea rah luar kaca sebelah kiriku. Aku membelakangi pandangannku dari Reza. Masih ada rasa kesal disana. Dia sudah tahu aku tak suka dengan sekertarisnya itu tapi masih saja mempekerjakannya dengan alasan kecekatannya dalam bekerja. Mungkin permintaanku sedikit aneh hanya karena cemburu aku ingin Reza memecatnya. Tapi ya sudah aku mengalah aku tak boleh egois apalagi ini menyangkut perusahaan.
“Gimana kalu kita mampir sebentar ke supermarket. Kita belanja isi-isi rumah.” Ucap Reza
“Tak usah. Besok saja aku bisa benja sendiri. Mampirlah ke mini market untuk membeli bebrapa makanan instan untuk sarapan besok. “ Jawabku tanpa memandang kearahnya
“Baiklah tuan putri …” Balas Reza
Akhirnya kita berdua mampir ke sebuah mini market membeli beberapa makanan instan untuk sarapan pagi besok. Aku dan reza turun dari mobil berjalan beriringan ke dalam mini market.
“selamat malam, selamat datang. Selamat berbelanja …” Sapaan ramah yang khas dari petugas kasir
Kami berdua membalasnya dengan tersenyum. Aku mengambil tas sebagai wadah belajaan. Aku menuju rak roti memilih-milih disana.
“Roti lagi ?” Tanya Reza protes
“Lalu kamu mau makan apa ?” Tanyaku kembali hangat
“apamau mi intan seperi saat kita kost dulu ?” Aku kembali ingat masa alu dimasa sulit kami mencari ilmu. Mie instan adalah makanan andalan anak-anak kost.
“Lucu ….” Balas Reza.
“Kita bikin pata aja …” Lanjutnya lagi
“Baiklah … tapi aku juga mau member beberapa bungkus roti sebagai persediaan.”
Tak terasa satu jam sudah kami ada di dalam mini market itu. Aku dan rezapun menuju kasir untuk membayar belanjaan. Tak terasa ternyata kita memang benar-benar belanja mala mini karena tumpukan beberapa barang yang tak terfikirkan untuk kami beli akhirnya kami beli juga.
“Mba sudah …” Kata salah seorang yang akan membayar di kasir sebelahku.
Suaranya sangat aku kenal. Aku yakin itu suara Kak Bayu mantan kekasihku dulu waktu SMA. Meskipun kami lama berpisah namun suara iitu ta bsa aku lupakan sedikitpun. Ingin aku menoleh ke kanan, namun aku taak enak hati dengan Reza jika itu memang benar Kak Bayu.
“Berapa Mba ..?” Tanyaku sambil mengelurkan dompet hitam hadiah dari Reza di zaman kuliah dulu yang masih sangat awet dan belum luuh termakan waktu.
“Tiga ratus ribu Bu …” Kasir itu menjawabnya
Aku mengeluarkan uang dari dompte. Memberikan uang pas kepada petugas kasir, sementara Reza mengambil beanjannya. Aku dan Reza segera beranjak dari kasir itu, namun secara tak sengaja aku menyengggol badan seorang pria yang aku prediksi sebagai Kak Bayu. Membuatku harus berhenti dan minta maaf.
“Maaf .. Maaf …” Ucapku menyesal
Aku terpaku memandang laki-laki itu. Dia sangat berbeda, itu penilaianku. Ada lingkaran hitam di bawah kantung matanya, badannya kurus tak seisi dulu. Rambutnya juga sedikit acak-acakan tak tersisir dengan rapi. Sungguh sangat berbeda dengan Kak Bayu yang dulu.
Kak Bayupun terpaku, memandang kearahku dengan seksama. Matanya seperti mencari-cari. Mungkin ada yang sedikit berbeda dariku. Namun aku juga tak tahu itu. Sementara di sampingku ada suamiku yang juga ikut terkejut dengan pertemuan ini.
“Evi … benarkah kamu Evi … ?” Ucap Bayu
“Kak Bayu …” Sapaku lirih
“Maaf kak aku tak sengaja…” Ucapku lagi
“Oh .. iya taka pa-apa. Reza …” Bayu menjawab dan menyapa Kak Reza
“Hay Bay …” Sapa Reza balik
“Maaf kak, kami duluan ya … sudah malam.” Pamitku menghentikan percakapan yang mungkin akan menjadi panjang.
“O iya .. iya … Nggak aapa-apa. Silahkan, oiya selamat untuk pernikahan kalian ya …”
“Makasih Bay, akmi duluan ya …” Jawab Reza … Berjalan mendahuluiku.
…………………Rumah ……..
Aku berrjalan ke dalam rumah, sepertinya saat ini gentian Reza yang marah kepadaku. Sedari tadi di mobil tak ada sepetah katapun dari mulutnya yang keluar. Sepanjang jalan menuju rumah kita saling membisu bertanya-tanya di dalam hati.
“Seneng ketemu mantan …. “ Ucap Reza sambil mengambil air dingin di dapur sementara aku membereskan belanjaan.
“Jelas, apalagi sudah lama tak berjumpa …” Balasku sengaja memansi keadaan
“Bagus … kenapa tadi nggak ngobrol lama aja …” Lanjutnya sambil berjalan menuju meja makan yang tak jauh dari dapur.
“Maunya, tapi aku masih menghormati kamu sebagai suamku.” Jawabku tegas
“Masa …” jawab Reza mulai merubah moodnya
“iya lha, aku tuh nggak kaya kamu yang justru sengaja lama-lama ngobrol sama sekertaris sok soan ngobrol masalah kantor, sebenarnya hanya modus.” Lanjutku lagi yang masih sibuk dengan beberapa benjaan.
“Hemmmm iya iya … aku lagi “
Ya memang, dia dulu yang membuat kesal. Masa aku nggak boleh kesal dengan sekertarisnya sementara dia kesal denganku bahkan diemin aku gara-gara tak sengaja ketemu sama kak Bayu.
Sekilas tentang Bayu. Dia adalah Kakak tingkatku. Kami kenal sejak SMA, kami jadian saat kami duduk dibangku kelas dua dan kami putus saat aku duduk di bangku kuliah semeater dua. Bayu dan Reza teman akrab karea mereka satu kampus. Akupun tahu saat aku mulai masuk kuliah di semester pertama. Bayu yang mengenalkan kita, sebetulnya sebelum itu aku juga kenal sosok Reza. Karena dia adalah salah satu mentor pengenalan kampus saat ospek.
Entah bagaimana ceritanya aku tak tahu Reza kini sangat membenci Bayu. Reza tak pernah menceritakannya. Meskipun aku mengenal Reza saat menjadi kekasih Bayu, namun kita tak sempat dekat-dekat banget. AKu justru akrab dengan dia saat kita berdua satu kegiatan kampus. Saat itu aku sudah putus dari Reza dan hubungan Reza sudah renggang dengan Bayu. Sedikit rumit memang. Tapi inilah kenyataannya.


#sumber : facebook_Group_REVI REZA EVI 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar